Review: Star Trek Into Darkness (2013)

“Is there anything you would not do for your family?”

– John Harrison, STID (2013)

Gue mulai intens ngikutin berita tentang film ini sejak tahun lalu. Tentu saja, karena film ini adalah yang salah satu nggak akan gue tinggalin dan ditunggu-tunggu banget. Film pertamanya, Star Trek (2009/reboot) berhasil merebut perhatian gue dan bikin terpana. Terlebih Star Trek Into Darkness (STID) ini masih dijagain oleh orang yang sama, J.J. Abrams, yang film-filmnya juga lumayan gue suka.

Sejak dulu gue memang pengin untuk tahu mengenai Star Trek. Jadi ketika dapet kesempatan untuk kenalan via filmnya tahun 2009, gue senang banget. Apalagi cerita klasik Kirk dan Spock bisa diceritain dengan secakep itu di film pertama. Dikemas dengan segar gitu, ya padahal ceritanya gitu-gitu aja. Hehe…

Kemudian dari akhir tahun lalu, ramailah promo tentang Star Trek Into Darkness. Dari trailernya yang keren banget, apalagi narasinya diisi dengan suara Benedict Cumberbatch yang agak menyeramkan. Belum puas dengan trailer dan teaser? Penonton The Hobbit di IMAX dikasih cuma-cuma preview 9 menit dari film tersebut.

Yang bikin gue makin penasaran dengan sebanyak itu trailer, teaser, klip, dan preview, gue masih nggak bisa menjalin jalan ceritanya. Apa hubungan adegan ini dan itu? Gue masih blank dan berusaha menghindari spoiler sampai akhir.

Kemudian, kesukaan gue sama Benedict Cumberbatch makin menjadi-jadikan rasa penasaran gue terhadap film ini. Selain, cast-cast lama yang masih main dan semua eye candy. Jadi makin semangatlah menyongsong rilisnya film ini.

Awalnya, film ini direncanakan rilis pada 17 Mei 2013, agak beda dua minggu dengan UK. Eh, tak disangka-sangka, dimajukan jadi tanggal 15 Mei, bahkan 11 Mei sudah tayang midnight. Gue yang rencananya nonton versi IMAX tanggal 18 Mei, akhirnya bela-belain nonton dari tanggal 11 Mei. Sampai gue nulis review ini gue udah nonton tiga kali dalam tiga versi 2D, 3D, dan IMAX.

18 Mei kemarin, gue ikut nonton bareng STID dengan komunitas IndoStarTrek (@IndoStarTrek) di IMAX Gandaria City. Acaranya seru banget. Nontonnya juga asyik, karena sebioskop punya interest yang sama dengan Star Trek. Meski bioskop penuh, banyak tepuk tangan dan suitan di scene ini itu, tapi tetep nyaman rasanya. Sayangnya gue nggak dapet seragam Starfleet, padahal pengin banget.

Oke… selesai dengan cerita pendahuluannya… Lanjut ke review gue tentang STID. 😀

catatan: gue berusaha menghindari spoiler, tapi kayaknya agak sulit.

So, shall we begin? – John Harrison

London diserang teroris, yang ternyata pelakunya adalah John Harrison (Benedict Cumberbatch), mantan officer Starfleet. Teror dari Harrison nggak berhenti sampai di situ, dia melanjutkan dengan menyerang markas Starfleet. Kirk (Chris Pine) yang sedang kena masalah karena laporan bohongnya mengenai ekpedisi di Planet Nibiru pun mengajukan diri untuk ngejer Harrison. Dibantu dengan teman-temannya di USS Enterprise: Spock (Zachary Quinto), Uhura (Zoe Saldana), Eomer… eh McCoy alias Bones (Karl Urban), Scotty (Simon Pegg), Sulu (John Cho), dan Chekov (Anton Yelchin). Eh, ternyata ketika mau berangkat ada satu staf ahli senjata gitu yang diminta ke USS Enterprise, Carol Marcus (Alice Eve).

Pergilah Kirk dan USS Enterprise ke sebuah tempat di mana si ganteng John Harrison berada. Sebelum pergi, Kirk sempet berantem sama Scotty. Akhirnya, malang tak dapat ditolak, Warp USS Enterprise rusak di tengah jalan. Untungnya udah deket sama tempat tersebut.

Kirk, Uhura, dan Spock, sama dua staf USS Enterprise pun berangkat ke tempat tersebut dengan nyamar jadi pedangan senjata. Tempat yang mereka kira provinsi kosong itu, ternyata pas mereka lewati sedang ada patroli. Jadilah mereka dikejer-kejer, sampai Kirk ngebelokin pesawat mereka lewat celah kecil.

Kirk: “IT WILL FIT, WILL FIT, WILL FIT!”

(kalau yang nonton trailer pasti inget banget adegan ini)

Akan tetapi, namanya juga di rumah orang. Dengan mudahnya mereka dihadang lagi. Kirk tadinya udah mau nyerang, tapi Uhura meyakinkan kalau dia bisa ngomong sama makhluk non manusia itu. Uhura ngomong deh ke makhluk-makhluk itu–klingon–tentang teroris seksi namanya John Harrison. Eh, Klingon-klingon itu tetep cuek dan malah nyerang Uhura. Kirk dan Spock udah cemas. Pada saat itu…

*blast! blast! blast*

Ada tembakan dari sosok nggak dikenal. Bukannya nyerang Uhura, tapi yang jadi sasaran tembak adalah para klingon. Kirk, Spock pun langsung keluar untuk nyelamatin Uhura. Berantemlah juga mereka melawan Klingon. Tapi karena senjata yang dibawa Kirk, Spock, Uhura, biasa-biasa aja, mereka kelihatan kayak lari-lari doang. Sementara Kirk berulang kali dipukulin Klingon dan dua kali diselamatin sama si sosok nggak dikenal itu. Akhirnya si sosok bertudung itu buka kerudungnya…

Kirk terpana… Uhura curiga… Spock tanpa ekspresi… Gue harap-harap cemas dan gelisah…

*musik di studio memelan sedikit*

Sosok itu adalah teroris yang mereka cari: John Harrison. Tapi kenapa Harrison malah ngebantu mereka dan nyerang Klingon?

Harrison pun berhasil membabat habis para Klingon. Kemudian ngedeketin tiga orang itu sambil nodongin senjata. Dia nanya tentang sesuatu… yang nada bicaranya bikin gue inget Sherlock kalau lagi panik.

Setelah dapet jawaban dari Spock. Harrison menyerah.

Cerita belum selesai di situ…

Harrison pun diangkut ke USS Enterprise yang masih rusak. Rambutnya yang waktu di Klingon berantakan dan lepek, ketika sampai di Enterprise udah rapi lagi (blooper-mu kang Jejeh!). Ya itu… sebenernya karena sebelum di borgol udah gue cem-cemin dulu sampai ganteng lagi.

Ditempatkan di sebuah sel dalam Enterprise yang tembus pandang (selnya maksudnya), Harrison dikunjungi oleh dedengkot USS Enterprise, Bones, Kirk dan Spock. Kemudian… sampai juga di salah satu adegan favorit gue: tangan Harrison keluar dari layar. (versi IMAX-nya mantep banget, pengen narik tangan itu keluar banget). Ceritanya itu si Bones ngambil sampel darah Harrison untuk diperiksa.

Eh, setelah itu Kirk tinggal dan Harrison dengan suaranya yang seduktif, intimidatif, dan bikin resah di kursi bioskop pun membocorkan sesuatu ke Kirk, sebuah koordinat lokasi.

Kirk yang penasaran pun, mengecek apa-apa yang dikasih tahu Harrison itu. Ternyata sesudah dicek dan ricek… sebuah rahasia pun terungkap. Sesuatu yang kuno, sisa-sisa perang masa lalu.

Kirk dan Spock pun tertegun lagi…. Apalagi setelah Harrison membeberkan sebuah rencana yang berkaitan dengan masa depan Starfleet dan tentang sebuah perang.

Pada saat bersamaan, sebuah pesawat tak dikenal menuju USS Enterprise. Kirk pun mau nggak mau percaya sama Harrison. Dia minta Harrison dibawa ke medical bay dengan penjagaan ketat. Gue yakin Kirk udah ngeliat gimana Harrison berantem di Klingon, tapi cuma minta 6 orang ngejagain dia? Gitu sih cuma perlu disentil dan dipites satu-satu sama Harrison.

Jreeeng… ternyata yang datang dengan pesawat luar biasa besar itu, USS Vengeance, adalah orang yang nggak disangka-sangka. Si captain pesawat minta agar Harrison diserahkan. E tapi yang ada malah Enterprise ditembaki.

Spock ngasih tahu Kirk kalau mereka nggak punya kesempatan melarikan diri dan menyerang. Satu-satunya cara adalah… menyerang dari dalam. Orang yang bisa Kirk andalkan tentu cuma Harrison.

Lalu… Space jump! Kirk dan Harrison pergi ke USS Vengeance. Di sini sekali lagi, Harrison nyelamatin Kirk.

Masuklah mereka ke USS Vengeance. Di sini Kirk dan temennya, ngelihat gimana Harrison berantem dengan tangan kosong. Mereka terpana sampai mundur-mundur, gue juga terpesona karena itu keren banget… dan kejam banget.

Harrison ngasih tahu jalan ke bridge. Mereka pun sampai ke sana… dan drama masih berlanjut.

… Harrison bisa menguasai USS Vengeance. Kirk dan dua temannya dibalikin ke USS Enterprise ditukar dengan 72 rahasia si Harrison.

James Kirk: Give me one reason why I should listen.

John Harrison: I can give you 72, and they’re on board your ship captain. They have been all along.

… darkness is coming.

Harrison di Iron Throne eh kursi kapten USS Vengeance

Sisa ceritanya, nonton sendiri ya. Haha…

Mungkin sudah banyak yang tahu, kalau film ini berdasarkan salah satu film layar lebar dari Star Trek: The Wrath of Khan (1982). Salah satu film Star Trek yang dibilang paling bagus sepanjang masa. Cuma untuk Star Trek Into Darkness ini, tentunya ceritanya disesuaikan dengan timeline di alternate universe-nya J.J. Abrams. Beberapa ada yang merekomendasikan nonton film TWoK dulu sebelum STID, ya biar tahu aja gitu. Sebab beberapa review bilang ada sejarah yang nggak disampaikan di STID dan akan bikin agak ngerasa ada yang kurang gitu.

Gue pribadi nggak sempat nonton TWoK, cuma sempat baca-baca review dan plot tentang itu aja. Tapi sih, secara umum nggak mengurangi kesenangan nonton STID kok. Masih tetap nyaman dinikmati gitu.

Star Trek Into Darkness adalah film yang menyenangkan. Menghibur buat yang suka action, menyenangkan buat yang senang drama, dan memuaskan dahaga para cumbercollective dan pine nuts.

Sinematografinya bagus, rapi. Latar dan set terasa futuristis. Pokoknya kalau secara pandangan mata, nyenengin deh film ini. Baik dari latar sampai cast. Gue juga suka cara bercerita (alur) dari film ini, karena sampai bisa bikin gue nggak bisa narik kesimpulan dari sebanyak itu trailer dan klip.

Beberapa adegan bikin jantung jumpalitan. Beberapa bikin deg-degan. Beberapa bikin nutup mata. Ada juga adegan yang bikin air mata meleleh… (bukan gue sih, tapi beberapa review bilang mereka nangis). Banyak juga scene close up mata Kirk dan muka Harrison yang bikin duduk nggak tenang.

Isi ceritanya sendiri masih Star Trek banget, ya tentang persahabatan, keluarga, perjuangan melawan kejahatan. Ya standar gitulah. Gue sih lebih suka yang tahun 2009, lebih kerasa fresh sih. Hehe…

Standing applause untuk Benedict Cumberbatch yang luar biasa di film ini. Benar-benar mencuri perhatian tiap kali muncul. Apalagi setiap kali dia mulai ngomong. Studio langsung hening… dan ngedengerin dengan hikmat. Vokal yang dipilih Cumberbatch untuk peran Harrison memang bisa banget mengeluarkan aura kejam sekaligus rasional dan jenius. Wajah yang pucat dan bodi yang cakep, juga nilai plus-plus buat Harrison. Peran Harrison ini bikin lupa kalau Cumberbatch pernah jadi cowok sakit-sakitan dari Third Star, cupu dan nyebelin di Starter for 10 (yg dia main sama Alice Eve juga).*standing applause* *salah satu yang nyuitin paling keras waktu namanya muncul di layar bioskop kemarin*

Karakter lain, Scotty (Simon Pegg) juga cukup bikin fresh film ini. Setiap kali dia muncul ada aja ketawa-ketawa gaje yang keluar, hehe…. Pun Sulu (John Cho) ketika jadi kapten pengganti, kereeen! Sisanya, cast-cast lama, seperti Pine,Quinto, Saldana, dan lain-lain, chemistry-nya dapet banget. Mungkin karena sudah kerja bareng dari film pertama.

Film ini cocok ditonton sama siapa aja. Dari temen-temen fangirl cewek, keluarga, atau sama temen cowok pun. Film ini juga menghibur banget (ya itu kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan film tersebut dari gue).  Sebisa mungkin, dapetin yang versi 3D, karena 3D-nya baguuus. Gambarnya jernih dan jelas. Kalau mau lebih jernih dan jelas (dan mantap), coba versi IMAX-nya. Ketika gue nonton versi IMAX aja, tiap muka John Harrison keluar dari layar rasanya pengin gue tarik dan dusel-duselin.

Oh ya, bakal ada novelisasi film ini dengan judul yang sama Star Trek Into Darkness, ditulis oleh Alan Foster. Rilisnya sih baru tanggal 21 Mei nanti, diterbitkan oleh Simon & Schuster. Lihat di web periplus harganya sekitar Rp 168000,- ; kalau di bookdepo harganya juga sekitaran itu juga.

Kru USS Enterprise (Kiri ke kanan: Hikaru Sulu (John Cho), Nyota Uhura (Zoe Saldana), Spock (Zachary Quinto), James Kirk (Chris Pine), Pavel Chekov (Anton Yelchin), Leonard ‘Bones’ McCoy (Karl Urban), Scotty (Simon Pegg); depan J.J. Abrams (director))

Sebenernya gue pengin sekali bilang film ini bagus banget. Tapi, gue bener-bener nggak suka sama ending film ini. Dari tiga kali nonton… yah, gue masih tetep kecewa (pada akhirnya gue nonton ketiga kali untuk menyatakan kesetiaan gue terhadap Benedict Cumberbatch). Gue kan story teller juga ya, ketika ending kerasa berat sebelah itu bakal menghantui gue banget. Nah itulah yang terjadi di film ini. Dari awal sampai 4/5 bagian film gue ngerasa ‘wah’ banget, sisanya… *pasang emot muka datar*.

Ending berat sebelah di sini, bakal kerasa kalau lo ‘masuk’ ke semua karakternya. Terbiasa ngeliat dari segala sisi. Jadi… itu bakal kerasa banget. Dan bikin pengin nimpuk beberapa karakter di sana.

Ada beberapa komplain lain sik, terutama tentang logika. Tapi itu cuma kerasa kalau udah nonton beberapa kali kayak gue. Beberapa bloopers, kayak rambut Harrison yang mendadak rapi, dan ada satu lagi… tapi gue lupa. Edited: oh ya, akhirnya inget juga, adegan ketika Harrison melakukan suatu hal kotor dengan tangannya di USS Vengeance. Masa habis itu tangannya masih bersih aja, kedua tangan lho. Kan harusnya nggak sempet cuci tangan, seenggaknya ada bekas darahnya gitu… 

Satu lagi ding, kenapa shower scene-nya John Harrison dicut, Kang Jejeh! Tega kau! Tega!

Edited (20/5): gue inget sesuatu yang akan gue tulis, waktu adegan berantem Spock dan Harrison di atas pesawat, gue lihat Spock sempet nyentuh muka Harrison. Gue penasaran banget, Spock ‘ngapain’ Harrison waktu itu. Dilihatin sesuatu (kayak waktu pertama kali Spock Prime ketemu Kirk di Star Trek 2009) atau Spock ikut ngerasain perasaan Harrison (kayak yang dia lakukan ketika sama Pike)? Kalau dilihatin sesuatu kira-kira apa? Kapan lagi ya ada Q&A bareng mereka, aku mau nanya itu!

Live long and prosper,

Mrs. Harrison, yang patah hati.

“You should have let me sleep.”

– John Harrison a.k.a …

7 pemikiran pada “Review: Star Trek Into Darkness (2013)

  1. Adit, reviewnya lucu banget. Walaupun harus dibaca setelah nonton filmnya, ya.

    And by the way, speaking of Cumbercollective (I prefer calling myself Cumberbitches, anyway xD), have you seen this interview? >> https://www.youtube.com/watch?v=R_ylchEHdUk

    His expression was so cute when he refused to call his fans Cumberbitches :))))

  2. “IT WILL FIT, WILL FIT, WILL FIT!”

    If I fit, I sit *itu mah kata kucing di kardus XD*
    *masukin kucing ke Enterprise* XD

  3. Terima kasih, Mbak Nina sudah mampir ke blogku. Aku sudah nonton interview itu, sebutan cumbercollective kan juga dari situ. hehe…

  4. Ping balik: Review: Star Trek Into Darkness (novel) | Hero of The Drama

  5. Ping balik: Star Trek Into Darkness (novel) | Catatan Tia

Tinggalkan komentar