Pulang

paper cranes

Sesungguhnya ia tak pergi, ia hanya pulang. (@arifz_tempo)

Seribu burung kertas mungkin bisa mengabulkan permintaanmu.

Burung-burung kertas itu berserakan di sisi Leo. 997… 998… 999…. Cokelat yang tadinya panas itu tak lagi mengepul beruap. Televisi layar datarnya berceracau sendiri tanpa henti, terus memainkan musik latar yang sama. Leo berhenti, tangannya lelah, terasa kaku dan tak sanggup lagi melipat burung kertas terakhir.

*

Riang suara Lionel dan Carrie bersahutan di antara lantunan lagu ‘28’ milik Lorene Scafaria. Kue ulang tahun dan lilin berbentuk 28 dibawa oleh Carrie ke depan Leo. Wajah istrinya itu begitu sumringah yang langsung disambut peluk kecup oleh Leo. Lantas ia menggendong anak semata wayangnya, Lionel dan bersama-sama meniup lilin itu hingga padam.

When I turn 28. Things are gonna be great.

Sinar matahari tak pernah padam, ia hanya pulang karena usai menunaikan tugasnya. Akan tetapi, Leo masih berdiri di situ, di bawah temaram sisa cahaya surya. Wajahnya tertutupi wayfarer yang menyamarkan merah di matanya akibat pedih. Bercampur dengan sesak yang memenuhi dadanya, saat ia menyadari jika Lionel dan Carrie hanya tinggal nama terukir pada nisan di depannya. Ia sama sekali tak ingin pulang.

Oh I don’t love you but I always will. I always will.

Pulang. Hal itu tak akan terjadi jika sahabat Leo dengan sengaja menyeretnya pergi dari graveyard sore itu. Leo bersikeras tinggal, karena ia merasa tak ada lagi rumah baginya. Carrie dan Lionel yang selalu membuatnya ingin kembali pulang, kini telah pergi. Meninggalkan ruang-ruang kosong, warna-warna pastel di dinding yang terlanjur dingin, kotak-kotak crayon yang kaku tak termainkan, dan ranjang yang mendadak terlampau luas. Leo sendiri, berteman sunyi, bahkan ini lebih sepi dari pada kuburan yang biasa Leo datangi.

Lord I don’t know which way I am going.


Kesepian yang membuat Leo mulai merangkai burung-burung kertas. Seseorang pernah berkata padanya, ‘seribu burung kertas mungkin bisa mengabulkan permintaanmu’. Sejenak Leo berpikir, bagaimana burung-burung kertas ini bisa mengabulkan harapannya—mewujud kembali menjadi Lionel dan Carrie-kah? Perjalanan hingga burung-burung ke-999 dipenuhi dengan kenangan tentang Lionel dan Carrie. Setiap lipatan, pada tiap sisi kertas, di tiap lekuk yang ditekuk, ada memori tentang keduanya tertoreh di sana.

Leo menghela napas panjang. Tangannya bergerak meraih kertas yang tersisa. Putih. Lionel dan Carrie mungkin tak akan kembali lagi untuk duduk di sofa ini bersamanya. Kehilangan yang dirasakan Leo bisa jadi akan mengendap lama dan tak akan sembuh tanpa bekas luka. Ia mulai melipat kertas itu sembari mengingat tawa anak lelakinya, hangat pelukan istrinya, dan kebersamaan yang pernah mereka jalani. Seulas senyum hadir di wajah yang masih sembap itu.

Please come back home…

Burung-burung kertas itu tak pernah genap berjumlah seribu. Seekor kupu-kupu kertas terserak di antaranya—rebirth, seperti itulah maknanya. Lionel dan Carrie tak akan kembali, namun mereka akan selalu hidup dalam Leo. Hingga suatu hari nanti Leo akan pulang kepada keduanya yang pasti akan menyambutnya di tempat yang baru.

“Apa yang lebih indah dari dicintai?”

“Mencintai.”

“Yang lebih indah dari mencintai?”

“Menemui yang dicintai.”

Leo tak sabar menanti waktu untuk pulang, bertemu dengan sosok-sosok yang dicintainya.

Now I must wave goodbye. I’ll never see your face again.

I don’t want to cry again.

Bogor, 18 Oktober 2011

Ditulis untuk #sekepingcokelat-nya mbak @lalapurwono.

Diinspirasi dari tweet @aritztempo, @candramalik, & @treespotter.

Sumber gambar: Paper Cranes by Mike Shinoda

Lirik 1: 28 by Lorene Scafaria
Lirik 2: Poison & Wine by The Civil Wars
Lirik 3: U.F.O by Coldplay
Lirik 4: Where’d You Go by Fort Minor
Lirik 5: Manhattan Skyline by Kings of Convenience

Satu pemikiran pada “Pulang

Tinggalkan komentar